Sejarah Pengembalian JATMAN Sebagai Banom NU
Latar Belakang Keresahan dan Awal Gerakan
Upaya mengembalikan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah (JATMAN) ke jalur asalnya sebagai Badan Otonom (Banom) Nahdlatul Ulama (NU) bermula dari kegelisahan panjang terhadap kepengurusan Idaroh Aliyah JATMAN masa khidmah 2016–2023.
Seharusnya, pada tahun 2023 JATMAN telah menyelenggarakan Muktamar, yang merupakan forum tertinggi organisasi. Namun hingga akhir 2024, agenda tersebut tak kunjung dilaksanakan. Lebih jauh, muncul pula upaya sebagian mursyid untuk “mengabadikan” posisi Ra’is ‘Am kepada Habib Luthfi bin Yahya bin Hasyim, selama beliau masih berkenan menjabat.
Kondisi ini menimbulkan kontroversi dan ketegangan internal yang berkepanjangan. Banyak pihak hanya menahan diri, dihantui rasa ewuh pakewuh atau sungkan untuk membicarakan hal yang sebenarnya dikehendaki umat.
Keresahan itu semakin meluas akibat berbagai persoalan lain, antara lain:
-
Tidak adanya laporan pertanggungjawaban dan komunikasi terbuka kepada PBNU sebagai induk organisasi.
-
Adanya kesenjangan program antara JATMAN dan NU.
-
Masa bakti pengurus yang telah berakhir tanpa pembaruan sah.
-
Pola pengangkatan pengurus yang terkesan eksklusif dan monoton.
Situasi ini memunculkan kesadaran baru di kalangan mursyid dan pengurus daerah bahwa perlu ada langkah konkret untuk mengembalikan JATMAN kepada khittahnya sebagai Banom NU.
Prakarsa Para Mursyid TQN Jawa Timur
Gelombang reformasi bermula dari Jawa Timur. Dalam Khalaqah Forum Mursyidin Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN) yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Ma’unah, Saradan, Madiun (asuhan KH. M. Anshori Al-Qodiri), para mursyid membahas mandeknya Muktamar dan gejala eksklusivitas kegiatan JATMAN.
Dari forum tersebut, empat mursyid ditunjuk untuk menindaklanjuti langkah strategis:
-
Dr. KH. Kharisudin Aqib, M.Ag. (Nganjuk) – koordinator,
-
KH. Nur Daroini (Madiun) – sekretaris,
-
KH. Sumarno Abdul Aziz (Magetan) – anggota,
-
KH. Dzulqornain (Jember) – anggota.
Keempat tokoh ini kemudian bersilaturahmi kepada para kiai sepuh Jawa Tengah: KH. Ahmad Chalwani Nawawi (Mberjan, Purworejo) dan Prof. Dr. Abdul Hadi (Mranggen, Demak). Dalam dua pertemuan intens tersebut, mereka berdiskusi mendalam tentang kondisi Idaroh Aliyah dan menyepakati perlunya pertemuan nasional para mursyid se-Indonesia.
Kesepakatan ini kemudian diwujudkan pada 24 Agustus 2024 di Pesantren Terpadu Daru Ulil Albab, Kelutan, Ngronggot, Nganjuk, asuhan KH. Kharisudin Aqib.
Lahirnya Forum Mursyidin Indonesia (FMI)
Pertemuan nasional di Pesantren Daru Ulil Albab menghasilkan keputusan penting:
-
Membentuk Forum Mursyidin Indonesia (FMI) dengan Prof. Dr. Abdul Hadi (Mranggen, Demak) sebagai ketua.
-
Menyikapi secara resmi kondisi Idaroh Aliyah JATMAN periode 2016–2023.
-
Menghadap PBNU untuk menyampaikan hasil musyawarah, agar PBNU mengambil langkah tegas terhadap kevakuman organisasi JATMAN.
Diplomasi ke PBNU
FMI kemudian bersurat kepada PBNU untuk audiensi. Pada 2 September 2024, rombongan FMI yang dipimpin KH. Ahmad Chalwani Nawawi dan Prof. Abdul Hadi, bersama sejumlah mursyid seperti KH. Kharisudin Aqib (koordinator Forsil TQN Jawa Timur), diterima oleh Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta.
Pertemuan ini juga dihadiri perwakilan Idaroh Wustho dari Jawa Timur, Sumatra Selatan, dan Jawa Barat. Dalam kesempatan tersebut, FMI menyampaikan hasil musyawarah di Nganjuk dan mengusulkan agar PBNU mengambil alih kewenangan organisasi serta menyelenggarakan Muktamar sebagai solusi kevakuman kepemimpinan JATMAN.
PBNU merespons positif dan menjanjikan Pertemuan Nasional Idaroh Wustho se-Indonesia untuk menampung aspirasi semua pihak secara terbuka dan adil.
Pertemuan Nasional di Hotel Bumi Surabaya
Janji PBNU terwujud dalam Pertemuan Nasional Idaroh Wustho se-Indonesia yang diselenggarakan di Hotel Bumi Surabaya pada 19 September 2024. Forum besar ini dihadiri oleh 22 Idaroh Wustho (sekitar 91% dari seluruh Indonesia).
Idaroh Wustho Jawa Timur menjadi tuan rumah sekaligus motor utama suksesnya kegiatan. KH. Yusuf Affandi (Lamongan), sekretaris Idaroh Wustho Jawa Timur, memegang peran penting dalam koordinasi penerimaan tamu, transportasi, dan penginapan peserta.
Sehari sebelum acara, FMI menggelar pertemuan konsolidasi di Pesantren Modern Al-Amanah Junwangi, Krian, Sidoarjo, asuhan KH. Nurcholis Misbah. Para peserta bermalam di pesantren tersebut dan berangkat bersama ke Surabaya pada pagi harinya.
Dalam forum resmi di Hotel Bumi, PBNU diwakili oleh KH. Zulfa Mustofa (Wakil Ketua Umum PBNU) dan KH. Lukman Hakim (Wakil Sekretaris Umum PBNU). Meski Ketua Umum PBNU sedang bertugas di luar negeri dan Ra’is ‘Am berhalangan hadir, forum tetap berjalan kondusif. Aspirasi dari Idaroh Wustho dan Idaroh Aliyah masa khidmah 2016–2023 semuanya ditampung dan akan dibahas di rapat pleno PBNU.
Pra-Muktamar dan Pembentukan Caretaker
Hasil rapat pleno Syuriah dan Tanfidziyah PBNU pada pertengahan Oktober 2024 kemudian diumumkan dalam Pra-Muktamar JATMAN yang diselenggarakan di Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang pada 16 November 2024.
Keputusan penting dari PBNU adalah:
-
Mendemisionerkan kepengurusan Idaroh Aliyah JATMAN periode 2016–2023.
-
Menunjuk KH. Haris Sodaqoh sebagai pimpinan caretaker JATMAN untuk menyelenggarakan Muktamar dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Idaroh Wustho se-Indonesia menyatakan dukungan penuh terhadap keputusan PBNU ini.
Para reformer dari Jawa Timur berperan besar dalam penyelenggaraan Pra-Muktamar, terutama dalam membantu pembiayaan transportasi peserta dari luar daerah. Di antaranya KH. Fadhul Huda (Rois Ifadiyah Jawa Timur), alm. KH. Yusuf Affandi, KH. Nurcholis Misbah, dan KH. Kharisudin Aqib.
Kongres Solo: Babak Baru JATMAN
Dengan berbagai pertimbangan, istilah Muktamar diganti menjadi Kongres, yang dilaksanakan di Asrama Haji Donohudan, Solo, pada 21–22 Desember 2024.
Atas usulan KH. Kharisudin Aqib, kegiatan Kongres dikemas secara heroik dan berwibawa, melibatkan TNI dalam prosesi seremonial — mulai dari penyambutan tamu, band militer, hingga pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh prajurit TNI. Orkestra kegiatan dipimpin KH. Abdurahman Yusuf, guru spiritual TNI pusat.
Meski terdapat tekanan dan ancaman dari pihak status quo agar kongres dibatalkan, acara tetap berlangsung khidmat dan tertib. Kongres ditutup dengan doa oleh KH. Kharisudin Aqib.
Kongres menghasilkan keputusan monumental:
-
Menetapkan PD/PRT baru yang menegaskan JATMAN sebagai Banom NU.
-
Memilih Ahmad Chalwani Nawawi (Mberjan, Purworejo) sebagai Rois Ali, dan Prof. Ali Masykur Musa (Tulungagung/Jakarta Selatan) sebagai Mudir Ali.
-
Merumuskan sejumlah rekomendasi strategis untuk masa depan JATMAN dan bangsa.