Mengenal JATMAN dan JATMA Menjaga Ruh Tasawuf Indonesia
Oleh: Agus Gunawan*
Tasawuf selalu menjadi napas yang menenangkan dalam perjalanan Islam di Nusantara. Di tengah perubahan zaman dan hiruk-pikuk modernitas, dua organisasi tarekat besar hadir menjaga kemurnian spiritualitas itu: Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah (JATMAN) dan Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah al-Indonesiyyah (JATMA).
Keduanya menegaskan bahwa dzikir, akhlak, dan cinta tanah air adalah jalan menuju kedekatan dengan Allah sekaligus bentuk tanggung jawab sebagai anak bangsa.
JATMAN: Tasawuf dalam Naungan NU
JATMAN berdiri pada tahun 1957, diprakarsai para ulama dan mursyid tarekat di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi ini menjadi wadah resmi bagi thariqah-thariqah mu‘tabarah, yaitu tarekat yang memiliki sanad sahih dan ajaran sesuai syariat Islam.
Sejak awal, JATMAN memiliki peran ganda: menjaga kemurnian amalan tasawuf sekaligus membumikan nilai-nilai spiritual di tengah masyarakat. Melalui pendekatan Ahlussunnah wal Jama‘ah an-Nahdliyyah, JATMAN mengajarkan keseimbangan antara syariat, tarekat, dan hakikat.
Dalam perjalanannya, JATMAN melahirkan banyak tokoh kharismatik, di antaranya H. Muslih Abdurrahman (Mranggen, Demak), KH. Nawawi (Berjan, Purworejo) dll. Kini, tongkat kepemimpinan JATMAN dipegang oleh Prof. Dr. Ali Masykur Musa, M.Si., M.Hum., sosok intelektual dan sufi yang dikenal visioner. Di bawah kepemimpinannya, JATMAN berupaya memperluas peran tarekat dalam ranah sosial dan kebangsaan, menjadikan dzikir sebagai kekuatan moral dalam menjaga keutuhan NKRI.
Bagi JATMAN, mencintai tanah air bukan sekadar slogan, melainkan bagian dari iman. Seorang pengamal tarekat sejati bukan hanya yang tekun berzikir, tetapi juga yang menebarkan kasih sayang, menjaga kedamaian, dan berperan aktif dalam kehidupan bangsa.
JATMA: Tarekat Independen untuk Kebangsaan
Berbeda dengan JATMAN yang berafiliasi ke NU, JATMA organisasi yang mewadahi para pengamal thariqah (tarekat) berdasarkan Ahlussunnah wal Jama’ah, dengan dua pilar utama: pembangunan transendentalisme (penguatan hubungan dengan Tuhan) dan pemberdayaan ekonomi umat. Organisasi ini didirikan oleh “Habib” Lutfi bin Yahya dan secara resmi dikukuhkan pada 18 April 2025.
JATMA hadir sebagai wadah terbuka bagi mursyid dan pengamal thariqah mu‘tabarah dari berbagai latar belakang. Semangatnya inklusif, lintas ormas, dan menekankan persaudaraan spiritual dalam bingkai kebangsaan. Habib Luthfi menempatkan JATMA sebagai gerakan moral yang menghubungkan tasawuf dengan kehidupan berbangsa.
Satu Ruh, Dua Wadah
Meski berbeda struktur dan afiliasi, JATMAN dan JATMA sesungguhnya bernafas dari sumber yang sama. Keduanya menanamkan nilai dzikir, sabar, dan kasih sayang sebagai pondasi moral bangsa. Di tengah krisis spiritual modern, dua jam’iyyah ini menjadi pengingat bahwa kekuatan sejati Indonesia bukan hanya pada kemajuan material, tetapi pada jiwa yang tenang, hati yang bersih, dan cinta kepada Tuhan serta tanah air.
Melalui JATMAN dan JATMA, tasawuf tidak berhenti di tikar dzikir, tetapi bergerak membangun peradaban — menjadikan Indonesia bukan sekadar rumah, melainkan taman rohani bagi umat manusia. [gn]
*Wakil Mudir JATMAN Jawa Barat