Sekilas Tentang Tafsir Jalalain dan Asal Penamaannya
Tafsir al-Jalalain (تفسير الجلالين) merupakan salah satu kitab tafsir paling populer dalam khazanah Islam, khususnya di dunia pesantren. Nama “Jalalain” secara harfiah berarti “dua Jalal”, karena kitab ini disusun oleh dua ulama besar yang sama-sama bernama “Jalal”, yaitu:
- Jalāl al-Dīn al-Maḥallī (w. 864 H/1459 M)
Beliau adalah seorang ulama besar asal Kairo, Mesir, yang dikenal sangat cermat dan hati-hati dalam menafsirkan Al-Qur’an. Al-Mahallī memulai penulisan tafsir ini dari surah al-Kahfi hingga an-Nās, kemudian berlanjut menafsirkan surah al-Fātiḥah. - Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī (w. 911 H/1505 M)
Beliau adalah murid sekaligus penerus karya gurunya. Setelah al-Mahallī wafat, al-Suyūṭī melanjutkan penulisan tafsir ini dari surah al-Baqarah hingga al-Isrā’. Dengan demikian, tafsir ini merupakan kolaborasi lintas generasi antara guru dan murid yang sama-sama bernama “Jalāl”.
Kenapa Diberi Nama Tafsir al-Jalalain
Nama al-Jalalain diberikan karena dua penulisnya memiliki nama yang sama-sama diawali dengan “Jalāl al-Dīn” (kemuliaan agama). Untuk menghormati keduanya, para ulama kemudian menyebut karya monumental ini dengan nama Tafsir al-Jalalain, yang berarti “tafsir karya dua Jalal”.
Karakteristik Tafsir Jalalain
- Ringkas tapi padat makna – Tafsir ini disusun dengan bahasa Arab yang singkat, jelas, dan mudah dihafal, sehingga cocok dipelajari di pesantren.
- Berbasis tafsir bi al-ma’tsūr dan bi al-ra’yi – Penafsiran menggunakan dalil Al-Qur’an, hadis, serta ijtihad ulama.
- Fokus pada makna kebahasaan – Menjelaskan makna kata, i‘rab, dan susunan kalimat Al-Qur’an dengan pendekatan nahwu-sharaf yang kuat.
- Tidak banyak perdebatan teologis – Tafsir ini cenderung netral dan fokus pada makna tekstual ayat, bukan polemik mazhab.
Kedudukan dan Pengaruhnya
Tafsir al-Jalalain menjadi salah satu kitab tafsir tingkat menengah yang diajarkan hampir di seluruh pesantren di dunia Islam, termasuk Nusantara. Ia menjadi jembatan antara tafsir ringkas seperti Tafsir al-Baghawi dengan tafsir besar seperti al-Ṭabarī atau al-Rāzī.
Keistimewaannya terletak pada kemampuannya menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an dengan bahasa yang singkat namun bernas, sehingga santri dapat memahami makna ayat tanpa harus membaca penjelasan yang panjang.
Penutup
Dengan demikian, Tafsir al-Jalalain dinamai demikian karena merupakan karya dua ulama besar yang keduanya bernama Jalāl al-Dīn, yaitu al-Maḥallī dan al-Suyūṭī. Karya ini menjadi warisan intelektual yang berharga, menggabungkan ketelitian guru dan keluasan ilmu murid, serta menjadi pegangan penting bagi santri dalam memahami pesan Al-Qur’an secara ringkas dan mendalam. [gn]
Pustaka:
-
al-Maḥallī, Jalāl al-Dīn, dan Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī. Tafsīr al-Jalālayn. Kairo: Dār al-Ḥadīth, 2000.
-
al-Dhahabī, Muḥammad Ḥusayn. al-Tafsīr wa al-Mufassirūn. Kairo: Maktabah Wahbah, 2000.
-
al-Zarkalī, Khayr al-Dīn. al-Aʿlām: Qāmūs Tarājim li-Ashhar al-Rijāl wa al-Nisāʾ min al-ʿArab wa al-Mustaʿribīn wa al-Mustašriqīn. Beirut: Dār al-ʿIlm li al-Malāyīn, 2002.
-
al-Qattan, Manna‘ Khalil. Mabāḥith fī ʿUlūm al-Qurʾān. Beirut: Mu’assasah al-Risālah, 1993